Mahasiswa FPPsi UNJ Ungkap Hasil Penelitiannya Tentang Kontribusi Faktor Psikologis dalam Kesiapsiagaan Masyarakat DKI Jakarta untuk Menghadapi Ancaman Jakarta Tenggelam 2050 di Ajang PIMNAS Ke-36 di Bandung

WebPsi, BANDUNG — Minggu (28/11/2023), Tim Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (FPPsi UNJ) yang terdiri atas Leila Alya Shofia, Dzakia Rahmah Nurunnada, Lola Eka Saputri, dan Nesha Sawwa Avrilla bertolak ke Universitas Padjadjaran Bandung untuk memaparkan karya ilmiahnya (dalam bentuk presentasi dan poster) yang berjudul “Eksplorasi Faktor Psikologis yang Berkontribusi Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat DKI Jakarta dalam Menghadapi ancaman Jakarta Tenggelam 2050” pada kompetisi PIMNAS bidang Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) di 28 November 2023. Dalam halaman website resmi PIMNAS ke-36, diketahui bahwa bidang PKM-RSH merupakan hasil pengamatan mendalam berbasis iptek untuk mengungkap informasi baru di bidang sosial humaniora dan Seni. Selain Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof.Dr. Sarkadi, M.Si, Tim PIMNAS UNJ, dalam kompetisi tersebut mereka juga dibersamai oleh Rahmadianty Gazadinda, S.Psi, M.Sc selaku dosen pembimbing dan Mira Ariyani, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Tim PIMNAS FPPsi UNJ bersama dosen pendamping dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaa dan Alumni (Sumber Foto: Koleksi Pribadi rgazadinda)

Pada ajang yang digelar pada 26 November – 1 Desember di Kampus Jatinangor dan Dipati Ukur tersebut, sebenarnya mereka tidak berekspektasi untuk menjadi salah satu pesertanya. “It felt surreal, nggak pernah berekspektasi bisa lolos sampai PIMNAS karena aku nggak punya pengalaman apa-apa sebelumnya. Sampai waktu itu pengumuman kemarin kebetulan aku dan tim lagi ngerjain laporan kemajuan bareng, kita langsung teriak karena nggak nyangka bisa tembus PIMNAS”, ungkap Nesha melalui pesan Whatsapp pada Senin (4/12) saat ditanyakan bagaimana rasanya kala timnya dinyatakan lolos ajang PIMNAS yang kemudian ditimpali oleh Lola dengan hal serupa, “awalnya nggak nyangka bisa sejauh ini. Tapi seneng banget karena bisa lolos ke PIMNAS dan tingkat nasional untuk pertama kalinya”. Namun demikian, mereka yakini keterbaruan dan kemenarikan topiklah yang membuatnya menjadi lolos PIMNAS, “keterbaruan dan kemenarikan topik penelitian kami. Kami mengangkat topik Jakarta tenggelam, dimana topik tersebut sangat relevan, menarik, dan belum banyak dibahas”, kata Leila melalui pesan Whatsapp di Selasa (5/12).

Saat ditanya tentang apakah menetapkan target juara pada kompetisi tersebut, mereka menjawab memilikinya. “Secara pribadi sebenarnya ada. Hingga detik-detik pengumuman pun saya masih berharap bisa juara karena saya yakin sekali dengan penelitian yang tim saya lakukan. Namun, secara tim, kami tidak menargetkan apa pun. Terutama di bidang presentasi. Karena ternyata dengan adanya target untuk menang justru memberi pressure kepada kami. Jadi kami lebih memfokuskan untuk berusaha dengan maksimal dan menghargai setiap proses belajarnya. Di sisi lain, sejujurnya kami cukup berharap bisa mendapatkan medali di bidang poster karena topik penelitian kami mungkin banget untuk divisualisasikan”, ungkap Leila. Ia pun menambahkan faktor yang membuatnya jadi tidak memeroleh juara, “Sayangnya target untuk juara belum tercapai. Menurut saya ada 2 faktor yang paling memengaruhi. Satu, waktu persiapan yang relatif sebentar. Anggota tim kami masih memiliki tuntutan akademik di kampus, jadi kami harus membagi waktu antara tugas akademik dengan persiapan PIMNAS. Kesibukan ini membuat kami baru bisa benar-benar fokus mempersiapkan PIMNAS di beberapa minggu terakhir sebelum PIMNAS. Alhasil persiapannya jadi relatif sebentar deh. Alasan kedua adalah karena lawannya keren-keren banget. Presentasi dan poster dari tim lain gak kalah bagus dan menarik, jadi kompetisinya ketat. Ketika sudah sampai PIMNAS, topik yang menarik saja memang enggak cukup sih, tapi gimana cara “menjual” hasil penelitiannya juga sangat berpengaruh. Tim kami yang baru pertama kali ikut Pimnas masih harus banyak belajar di situ. Terlepas dari target juara yang belum tercapai, saya senang sekali bisa menjadi bagian dari Pimnas 36 karena banyak pengalaman dan pembelajaran berharga yang saya peroleh. Selain itu, saya juga bangga banget dengan tim saya karena kami sudah mengusahakan yang terbaik”.

Tim PIMNAS FPPsi Mempresentasikan Hasil Penelitiannya (Sumber Foto: Koleksi Pribadi rgazadinda)

Diantara keriuhan dan tekanan yang dialami, ternyata banyak kesan yang diperoleh. Ini seperti yang disampaikan oleh Dzakia, juga melalui pesan Whatsapp pada Selasa (5/12), “bisa berkunjung ke kampus lain di luar kota, bisa merasakan rasanya berkompetisi dengan mahasiswa lain yang sama-sama unggul, bisa melihat penelitian yang dilakukan oleh tim lain, bisa lebih bonding sama teman-teman satu tim”.

Beda cerita yang dirasakan oleh Rahmadianty Gazadinda, S.Psi, M.Sc selama mendampingi Tim PIMNAS FPPsi UNJ sejak awal proses pembuatan, yang disampaikannya pula melalui pesan Whatsapp pada Rabu (6/12), “rasanya menyenangkan karena bisa melihat mahasiswa berproses untuk tumbuh jadi sosok yang semakin baik dan semakin hebat. Memang pasti ada lelahnya karena persiapan menuju PIMNAS tuh intens sekali, waktu mendampingi PKM didanai juga udah cukup challenging. Tapi di luar rasa lelah itu, senang sekali melihat mahasiswa dengan ide-ide cemerlangnya itu bisa makin paham sama esensi penelitiannya, isunya dan topiknya. Jadi bener-bener ngeliat progres mereka dari yang masih remah-remah, sampai bisa bersanding dengan mahasiswa-mahasiswa dari kampus lain.” Selain itu beliau pun menerangkan bahwa hal tersebut tak lepas dari proaktifnya mahasiswa yang dibimbingnya. “So far ndak ada kendala berarti. Memang ini juga terbantu sekali dengan mahasiswanya yang proaktif dan memang punya ketertarikan dengan pengerjaan PKM-nya tersebut, tapi karena sama-sama tau bahwa mengikuti PKM ini adalah sesuatu hal yang bergengsi dan kesempatan langka, jadi sama-sama berusaha untuk menyelesaikan dan memberikan effort terbaiknya.”

Tim PIMNAS FPPsi UNJ besama Dosen Pembimbing (Sumber Foto: Koleksi Pribadi rgazadinda)

Beliau pun berpesan pada mahasiswa lainnya agar tidak takut atau enggan untuk ikut berkompetisi dalam ajang PIMNAS selanjutnya, “PKM itu kelihatannya bukan kompetisi yang berlomba, tidak seperti lomba cepat tepat atau lomba debat yang lawannya tuh kelihatan di depan mata. Tapi PKM ini justru jadi ajang kompetisi untuk melawan diri sendiri. Melawan kemalasan dan melawan rasa skeptis bahwa kita ga mampu untuk bersaing dengan mahasiswa kampus lain. Tapi tho dengan 2 tahun terakhir ini bisa sampai didanai Dikti dan akhirnya tahun ini kita bisa sampai PIMNAS, berarti kita capable. Jadi sebenernya kita tuh mampu bersaing. Dan pas sampai ke PIMNAS, kita bener-bener ketemu mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Kita ketemu mahasiswa dari Aceh sampai Papua. Dan itu bener-bener bikin merinding, bahwa dunia tuh seluas itu. Link pertemanan bisa seluas itu dengan mahasiswa-mahasiswa di kampus lain. Buat dosennya pun terasa seperti itu, bahwa mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah tuh luar biasa juga loh. Dan mahasiswa kita bisa bersanding di situ. Ada rasa yang gabisa terjelaskan sama akhirnya mengalami itu sendiri. Antara bangga, excited dan terpuaskan bisa mengantarkan mahasiswa untuk maju sejauh-jauhnya. Apalagi PKM ini kan kompetisi di ranahnya kemdikbud (red: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) ya. Jadi memang ini juga jadi kesempatan untuk kita dapat rekognisi, tidak hanya dari kampus tapi juga dari kementerian. Gak ada alasan deh buat mahasiswa untuk gak ikut PKM dan buat dosen untuk gak ikut bimbing PKM. Psikologi tuh meskipun kecil tapi bisa bersanding banget sampai di tingkat nasional kok. Dan topik-topik atau isu psikologi tuh juga sering banget diangkat di level nasional, bahkan sampai ke PIMNAS. Jadi kita bisa mengimplementasikan ilmu kita juga. Kesempatan yang luar biasa deh pokoknya!”. Nesha pun turut berpesan, “wah besides of all the struggles menurutku pengalamannya emas banget!! klo nggak pimnas aku nggak bakal bisa tau cara public speaking yang menjual, nulis artikel, nerbitin jurnal ilmiah, ikut international conferences, ketemu sama orang-orang keren di luar sana dan berbagi cerita dan ilmu tentang kepenulisan ilmiah ini. waktu PIMNAS kemarin adalah pengalaman ter-gak bisa– aku lupain karena aku belajar banyaaak banget ilmu baru yang nggak bisa aku dapetin kalau nggak ikut PIMNAS”.

[sf/sf]